RSS
Ice Cream

PERANAN MAHASISWA DALAM LAHIRNYA ORDE BARU DAN LAHIRNYA REFORMASI

Peranan mahasiswa sebenarnya sudah dimulai sebelum bangsa ini merdeka. Seperti halnya gerakan Budi Utomo. Dulu gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI) sangat mengancam dan menjadikan bangsa ini tidak tentu arah, namun dengan adanya peran mahasiswa membuat perubahan yang besar. Melakukan aksi-aksi menuntut pemerintah bertindak dan membubarkan PKI secepat mungkin. Aksi-aksi tersebut merupakan awal terbentuknya Orde Baru pada razim Soeharto.
Lahirnya Orba bukan menjadi solusi kemajuan bangsa, melainkan terbentuknya razim pemerintah yang mengharuskan rakyatnya tunduk dan patuh akan semua kemauan pemerintah dan mengabaikan hak rakyat. Cara inilah yang menuntut mahasiswa untuk protes.

A. Peranan Mahasiswa Dalam Lahirnya Orde Baru
Orde Baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meski dibarengi dengan korupsi yang merajalela. Hampir selama 32 tahun gerakan mahasiswa berusaha dibungkam oleh rezim berkuasa, yaitu rezim orde baru atau yang biasa dikenal masa demokrasi pancasila. Rezim orde baru melarang mahasiswa tampil dalam panggung politik baik kampus maupun nasional.

Pemuda dan mahasiswa Indonesia banyak terlibat dalam perjuangan dan ikut mendirikan Orde Baru. Gerakan ini dikenal dengan istilah Angkatan '66. Gerakan ini berhasil membangun kepercayaan masyarakat untuk mendukung mahasiswa menentang Komunis yang ditukangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia). Setelah Orde Lama berakhir, aktivis Angkatan '66 pun mendapat hadiah yaitu dengan banyak yang duduk di kursi DPR/MPR serta diangkat dalam kabibet pemerintahan Orde Baru. Pada masa ini ada seorang aktivis yang tidak peduli mau dimusuhi atau didekati yang penting pandangan idealisnya terhadap bangsa, dia adalah Soe Hok Gie. Tokoh ini menjadi panutan mahasiwa.

Sejak dikeluarkannya UU No. 15 dan 16 Tahun 1969, tentang Pemilu dan tentang Susunan dan Kedudukan Lembaga Negara, maka dari sinilah mulai nampak keinginan politik elit penguasa untuk menghimpun kekuatan dan meraih kemenangan mutlak pada pemilu yang sedianya akan diselenggarakan pada tahun 1970 ternyata baru dapat dilaksanakan tahun 1971, karena usaha penggalangan kekuatan lewat Golongan Karya (GOLKAR) memerlukan waktu cukup lama.

Aksi pada tahun 1970-1974
Seiring berjalannya waktu tidak selamanya mahasiswa satu paradigma dengan pemerintah, jika generasi tahun 1966 memiliki hubungan yang erat kekuatan militer dan pemerintahn orde baru lain halnya dengan generasi tahun 1974 yang justru bertolak belakang. Gerakan mahasiswa sebenarnya telah dilakukan sejak awal 1970-an yaitu dengan melancarkan kritikan dan koreksi terhadap praktek pemerintah pada razim Orde Baru, seperti :
Golput yang menentang pelaksanaan pemilu pertama pada masa Orde Baru pada 1972 karena Golkar dinilai curang.

Gerakan menentang pembangunan Taman Mini Indonesia Indah pada 1972 yang menggusur banyak rakyat kecil yang tinggal di lokasi tersebut.
Berawal dari reaksi protes terhadap kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM),dan aksi protes lainnya yang paling terkemuka yaitu tuntutan pemberantasan KKN (Kolusi, Korupsi, Nepotisme). Sehingga lahirnya sebuah geragan yaitu “Mahasiswa menggugat” yang dimotori Arif Budiman yang program utamanya adalah aksi pengecaman terhadap kenaikan BBM, dan korupsi.
Ketidak percayaan masyarakat dan mahasiswa terhadap Sembilan partai politik dan Golkar sebagai pembawa aspirasi rakyat membuat mereka melancarkan aksi protes. Bentuk protes dari kekecewaan tersebut yaitu munculnya Golongan Putih dalam pemilihan umum, dan mendeklasarikannya pada tanggal 28 Mei 1971.

Tahun 1972, dengan isu harga beras naik, berikutnya tahun 1973 selalu diwarnai dengan isu korupsi sampai dengan meletusnya demonstrasi memprotes PM Jepang Kakuei Tanaka yang datang ke Indonesia dan peristiwa Malari pada 15 Januari1974.

Aksi pada tahun 1977-1978
Hingga tahun 1975 dan 1976, aksi-aksi mahasiswa mulai jarang terlihat. Saat-saat antara sebelum dan setelah Pemilu 1977, barulah muncul kembali pergolakan mahasiswa yang berskala pasif.Awalnya, pemerintah berusaha untuk melakukan pendekatan terhadap mahasiswa, maka pada tanggal 24 Juli 1977 dibentuklah Tim Dialog Pemerintah yang akan berkampanye di berbagai perguruan tinggi. Namun demikian, upaya tim ini ditolak oleh mahasiswa.

Gerakan bersifat nasional Oktober 1977 (tertutup dalam kampus)
Gerakan mahasiswa tahun 1977/1978 ini tidak hanya berporos di Jakarta dan Bandung saja namun meluas secara nasional meliputi kampus-kampus di kota Surabaya, Medan, Bogor, Ujung Pandan (sekarang Makassar), dan Palembang 28 Oktober 1977, delapan ribu anak muda menyemut di depan kampus ITB. Mereka berikrar satu suara, "Turunkan Suharto!".

Peringatan Hari Pahlawan 10 November 1977, berkumpulnya mahasiswa kembali
Setelah peristiwa di ITB pada Oktober 1977, giliran Kampus ITS Baliwerti beraksi. Dengan semangat pahlawan, berbagai pimpinan mahasiswa se-Jawa hadir memperingati hari Pahlawan 1977. Seribu mahasiswa berkumpul, kemudian berjalan kaki dari Baliwerti menuju Tugu Pahlawan.Hari pahlawan dianggap cocok membangkitkan nurani yang hilang. Di Jakarta, 6000 mahasiswa berjalan kaki lima kilometer dari Rawamangun (kampus IKIP) menuju Salemba (kampus UI), membentangkan spanduk,"Padamu Pahlawan Kami Mengadu".Pimpinan Dewan Mahasiswa (DM) ITS mendukung Ikrar Mahasiswa 1977. Isinya hanya tiga poin namun berarti. "Kembali pada Pancasila dan UUD 45, meminta pertanggungjawaban presiden, dan bersumpah setia bersama rakyat menegakan kebenaran dan keadilan."

Peringatan Tritura 10 Januari 1978, dihentikannya gerakan oleh penguasa
Sejak awal 1978, 200 aktivis mahasiswa ditahan tanpa sebab. Bukan hanya dikurung, sebagian mereka diintimidasi lewat interogasi.Di UI, panser juga masuk kampus. Dua rektor kampus besar itu secara semena-mena dicopot dari jabatannya. Alasannya, terlalu melindungi anak didiknya yang keras kepala.

Era NKK/BKK
Kebijakan NKK dilaksanakan berdasarkan SK No.0156/U/1978 sesaat setelah Dooed Yusuf dilantik tahun 1979. Konsep ini mencoba mengarahkan mahasiswa hanya menuju pada jalur kegiatan akademik, dan menjauhkan dari aktivitas politik.
Kebijakan BKK itu secara implisif sebenarnya melarang dihidupkannya kembali Dewan Mahasiswa. Namun hal yang terpenting dari SK ini terutama pemberian wewenang kekuasaan kepada rektor dan pembantu rektor untuk menentukan kegiatan mahasiswa.Dengan konsep NKK/BKK ini, maka peranan yang dimainkan organisasi intra dan ekstra kampus dalam melakukan kerjasama dan transaksi komunikasi politik menjadi lumpuh.

Aksi pada tahun 1990
Memasuki awal tahun 1990-an, di bawah Mendikbud Fuad Hasan kebijakan NKK/BKK dicabut dan sebagai gantinya keluar Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan (PUOK).Mahasiswa menuntut organisasi kampus yang mandiri, bebas dari pengaruh korporatisasi negara termasuk birokrasi kampus.
Dengan dihidupkannya model-model kelembagaan yang lebih independen, meski tidak persis serupa dengan Dewan Mahasiswa yang pernah berjaya sebelumnya upaya perjuangan mahasiswa untuk membangun kemandirian melalui SMPT, menjadi awal kebangkitan kembali mahasiswa ditahun 1990-an.

B. Peranan Mahasiswa Dalam Lahirnya Reformasi
Pergantian masa dari Orde baru ke reformasi 1998, setelah 32 tahun lamanya merupakan masa yang sangat dinanti oleh rakyat Indonesia. Kebebasan berpendapat yang selama Ini tidak didapatkan di era Orde baru akhirnya bisa dirasakan.
Era Reformasi (Era Pasca Orde Baru) di Indonesia dimulai pada pertengahan 1998, tepatnya saat Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 dan digantikan wakil presiden BJ Habibie. Sejak orde reformasi mahasiswa kembali bebas mengekspresikan dirinya sebagai agen kontrol dan agen perubahan tatanan demokrasi. Indonesia sebagai Negara demokrasi masih dianggap gagal karena terlalu prosedural dan pengaruh uang masih sangat kuat di dalam kultur politik. Sehingga berpolitik dianggap sebagai tempat untuk mencari uang.

Krisis Mahasiswa Indonesia
Dalam proses mencari bentuk setelah Reformasi 1998, mahasiswa pada akhirnya terhimpit pada dua masalah kecil yang dibesar-besarkan,yaitu apatisme dan banalitas aksi. Apatisme disini berarti keadaan cuek atau acuh tak acuh; di mana mahasisawa tidak tanggap terhadap aspek emosional, sosial, atau kehidupan masyarakat, sedangkan banalitas aksimerupakan keadaan dimana pergerakan mahasiswa dianggap lemah, tidak memberikan dampak yang kompleks .Namun banyak dari aksi yang mereka lakukan akhirnya terjebak pada banalitas. Mereka lebih bersifat reaktif daripada responsif.

Kita dapat melihat dua hal yang menjadi kelemahan Mahasiswa. Pertama, aksi reformasi mahasiswa yang turun kejalan ialah bentuk dari reakreasi politik atau trend demokrasi atas ketidak puasaan pemerintah kepada rakyatnya. Kedua, mahasiswa terpisah dari potensi kekuatan rakyat.Untuk memulai suatu pergerakan, tentunya Mahasiswa harus membentuk golongan mahasiswa yang benar-benar mengerti tentang peran mahasiswa  dalam membangun Pemerintah yang demokratis.Dengan demikian terbentuknya kekuatan dari mahasiswa yang mampu menyuarakan suara rakyat akan mampu memberikan  peran mahasiswa  sendiri dalam membangun pemerintahan yang benar-benar adil terhadap rakyatnya secara menyeluruh.

Dari sini kita bisa mengatakan bahwa masih banyak sekali peran mahasiswa yang bisa dipenuhi daripada sekedar terjebak pada apatisme dan banalitas. Mahasiswa harus berperan serta dalam pendidikan tersebut. Dalam perjuangan nilai yang diembannya, mahasiswa tidak bisa hanya terpaku pada satu cara saja. Keluwesan berupa ktreatifitas, imajinasi serta melihat lebih dalam akan kondisi masyarakat pun diperlukan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

Unknown mengatakan...

wow nice web

Posting Komentar